Artikel

Kenali Gejala Osteoporosis Sejak Dini

Masih dalam rangka memperingati hari osteoporosis internasional  pada tanggal  20 Oktober . Peringatan hari osteoporosis bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan deteksi dini, penyebab, pengobatan dan tindakan pencegahan untuk kondisi tulang.

Pembangunan kesehatan Indonesia saat ini menghadapi beban ganda, di satu pihak pandemic covid 19 yang masih belum berakhir dan penyakit menular lainnya masih menjadi masalah,. Di lain pihak, terjadi peningkatan jumlah kasus dan kematian akibat penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, kanker, diabetes mellitus, asma, penyakit paru obstruktif kronik, dan penyakit kronik dan degeneratif lainnya, seperti osteoporosis.

Badan kesehatan dunia PBB, WHO, mengatakan bahwa osteoporosis dapat dijumpai di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang.

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan akibat ketidakmampuan tubuh dalam mengatur kandungan mineral dalam tulang dan disertai dengan rusaknya arsitektur tulang yang akan mengakibatkan penurunan kekuatan tulang yang dalam hal ini adalah pengeroposan tulang, sehingga mengandung risiko mudah terjadinya patah tulang. Sekitar 9,65 persen wanita pascamenopause dan 8,08 persen pria dengan usia tua cenderung mengalami osteoporosis.

Perlu diketahui bahwa pencegahan osteoporosis harus dilakukan sejak usia 30an karena pada masa itu kepadatan tulang berada di tingkat maksimal. Setelah melewati usia 30 tahun, kepadatannya akan berangsur menurun secara alami sehingga harus ditunjang dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup.

Kekurangan asupan kalsium yang dibutuhkan oleh tulang menjadi penyebab utama kasus osteoporosis terutama di Indonesia. Selain masalah malnutrisi ini, ada juga beberapa faktor pemicu lainnya yang perlu diwaspadai:

  • Usia atau proses degenerative : Semakin tua usia seseorang maka metabolisme dan kesehatan tubuh mulai menurun termasuk kondisi kesehatan tulang
  • Penurunan hormon estrogen (pada wanita menopause dan pasca menopause), serta testosterone pada pria
  • Riwayat penyakit osteoporosis dalam keluarga
  • Merokok serta mengonsumsi alkohol, soda, kafein
  • Underweight atau berat badan tidak proporsional
  • Pola makan tidak sehat (termasuk gangguan makan seperti anoreksia nervosa)
  • Diet rendah kalsium dan vitamin D
  • Mengonsumsi obat-obatan jangka panjang yang dapat memengaruhi kekuatan tulang
  • Penyakit yang menyerang kelenjar penghasil hormon
  • Gangguan kesehatan pada usus yang tak mampu menyerap nutrisi
  • Memiliki penyakit akibat peradangan pada organ tubuh seperti rheumatoid arthritis atau penyakit paru obstruktif kronis
  • Kurang melakukan aktivitas fisik rutin, misalnya olahraga

Gejala osteoporosis

Dilansir dari Healthline, pada tahap awal fakta yang lebih mengejutkan adalah osteoporosis biasanya tidak terdeteksi sampai muncul gejala retak atau patah tulang, terutama di pergelangan tangan, tulang panggul dan tulang belakang. Itulah sebabnya penyakit ini juga disebut sebagai silent thief yang diam-diam mengambil kalsium dari tulang, Jika gejala memang muncul, beberapa gejala osteoporosis yang mungkin dirasakan adalah gusi surut, kekuatan cengkeraman melemah, dan kuku rapuh. Tanpa penanganan yang tepat, osteoporosis akan semakin buruk. Pasalnya, tulang menjadi lebih tipis dan lebih lemah sehingga risiko patah tulang meningkat. Kerusakan tulang ini sayangnya tidak bisa disembuhkan apalagi jika terjadi di tulang panggul, yang tentunya mengurangi kualitas hidup penderitanya.

Gejala osteoporosis parah dapat mencakup patah tulang karena jatuh atau bahkan hanya karena bersin atau batuk yang kuat. Penderita osteoporosis parah juga bisa merasakan sakit punggung atau leher dan kehilangan tinggi badan. Jika mengalami patah tulang akibat osteoporosis, waktu yang dibutuhkan untuk sembuh bergantung pada banyak faktor, termasuk letak fraktur, tingkat keparahan, usia dan Riwayat Kesehatan

Dengan alasan inilah pemerintah semakin gencar mengampanyekan Gerakan Masyarakat Sehat atau GERMAS supaya orang berusia 30 tahun ke atas hingga lansia bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dan sehat. Apalagi WHO memprediksi di tahun 2050 nanti angka kejadian patah tulang pinggul bisa naik hingga 2 atau 3 kali lipat pada wanita dibandingkan pria.

Cara menghindari pengeroposan tulang (osteoporosis)

1. Olahraga

Olahraga secara teratur, membuat tulang dan otot tetap bergerak. Latihan beban, penguatan otot, dan latihan keseimbangan adalah yang terbaik.

2. Nutrisi

Pastikan makanan yang dimakan kaya akan nutrisi yang menyehatkan tulang. Kalsium, vitamin D dan protein adalah yang paling penting untuk kesehatan tulang. Selain itu paparan sinar matahari yang aman akan membantu kita mendapatkan cukup vitamin D.

3. Gaya hidup

Hindari kebiasaan gaya hidup negative dan pertahankan berat badan yang sehat, hindari merokok dan mengonsumsi alkohol, soda, kafein secara berlebihan

4. Faktor risiko

Apabila memiliki faktor risiko, lakukan pemeriksaan ke dokter, terutama jika pernah mengalami patah tulang sebelumnya, memiliki riwayat keluarga osteoporosis, atau minum obat tertentu yang mempengaruhi kesehatan tulang.

5. Pengujian dan perawatan

Jika Anda berisiko tinggi, Anda mungkin memerlukan pengobatan dan perubahan gaya hidup untuk membantu melindungi diri Anda dari patah tulang.

Penulis: 
Ais Moris, S.Kep (Penyuluh Kesehatan Masyarakat)
Sumber: 
Direktorat Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Kemenkes RI, https://www.kompas.com/tren/read/2021

Artikel

Direktorat Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Kemenkes RI.
Direktorat Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
• Direktorat Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Kemenkes RI - https://tirto.id/gldo
Direktorat Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Kemenkes RI, https://www.kompas.com/tren/read/2021
01/09/2021 | Rudi Hidayat, S.Kep (Penyuluh Kesehatan Masyarakat)
12/07/2021 | Rudi Hidayat, S.Kep (Penyuluh Kesehatan Masyarakat)
01/09/2021 | Ais Moris, S.Kep (Penyuluh Kesehatan Masyarakat)
18/10/2021 | Adiba Fajrina (Penyuluh Kesehatan Masyarakat)
31/12/2022 | Ais Moris, S.Kep